• home

Ini Alasan Wajib Nonton IRON MAN 3


Judul            : Iron Man 3
Sutradara     : Shane Black
Pemain         : Robert Downey Jr, Gwyneth Paltrow
Genre           : Aksi
Distributor    : Walt Disney Studios Motion Pictures
Rating          : 4 (Dari 5 Bintang)  
                                 
Setelah kalimat “I am Iron Man” terlontar dari mulut miliuner jenius, Tony Stark, di film Iron Man pertama, Anda seharusnya sudah sadar kalau aksi-aksi super manusia baja berikutnya adalah aksi mengolok-olok eksistensi superhero lain. Sangsi? Berikut adalah sederet alasan mengapa Iron Man `lebih unggul` ketimbang jagoan lain:
Pertama, Iron Man tak perlu merahasiakan jati-diri asli. Alhasil ia tak repot menyembunyikan setelan jas ala Clark Kent (Superman) atau harus capek turun ke Batcave seperti Bruce Wayne (Batman). Ia bahkan tak perlu repot membawa-bawa kostum supernya seperti Peter Parker (Spiderman).
Kedua, pacar Iron Man, Pepper Potts, tak manja layaknya drama queen Mary Jane kekasih Peter Parker, atau halnya berkarakter ambisius layaknya Lois Lane, love interest Clark Kent. Meski memberi perhatian besar pada Tony, Pepper tetap digambarkan sebagai wanita karier yang tangguh.
Ketiga, Tony Stark tak sok misterius seperti Batman atau sok klimis seperti Superman. Tony adalah Tony, multijutawan sekaligus ilmuwan jenius yang bicara ala rocker dan sering merasa masa bodoh dengan status kesuperannya. Yup, itulah beberapa alasan yang membuat film Iron Man tetap menarik disimak hingga film ketiga. Dan di bawah ini, lima alasan kenapa karya visual jilid tiga ini memang masih renyah untuk disimak di layar lebar.

Perubahan karakter
Film ketiga ini adalah perenungan Tony Stark yang cheesy namun manusiawi. Di sana, sisi humanisme-nya sebagai pahlawan sekaligus ilmuan mendapat ekspos lebih besar. Itu yang membuat franchise terakhir ini memiliki bobot paling berisi dibanding franchise pertamanya, Iron Man 2. Jika pada predesesor-nya Tony digambarkan begitu terkagum-kagum pada sosok manusia baja yang diciptakannya dan berubah menjadi sosok snob di sekuelnya, maka Iron Man 3 menghadirkan sosok Tony yang lebih bijak. Mengagetkan?

Kelemahan yang Brilian
Sebenarnya sudah bisa dibaca sejak film pertama, kalau titik kelemahan Tony Stark bukan pada arc reactor di dadanya. Kelemahannya justru pada pikirannya sendiri. Ya, anxiety weighs down the heart, but a kind word cheers it up. Dan skrip di film ketiga ini sukses menyampaikannya, meski sayangnya tak dieksekusi lebih jauh.
Strong enough to be my man?
Lagu Sheryl Crow ini memang tepat untuk dinyanyikan Pepper Potts untuk sang kekasih. Jika sebelumnya Pepper digambarkan hanya berkutat pada Stark Industries karena perannya sebagai CEO, di sini kemunculannya tak terlalu dominan, tapi justru menjadi kunci bagi masa depan Tony sebagai Iron Man. Karena tak disangka-sangka, sosok Pepper dapat melakukan hal-hal yang tak dilakukannya di film pertama dan kedua.

 Efek visual bukan nyawa utama
Memang tubuh Iron Man penuh kecanggihan alat luar biasa, tapi sang pembesut, Shane Black, sangat mengerti kalau audiens sudah muak dengan efek visual yang belepotan di film kedua. Tak heran Shane memborbardir adegan dengan suguhan kecil visual efek di sana-sini dan mengakumulasinya di ending plot. Hasilnya, akhir trilogi ini terasa lebih manusiawi dibanding dua film pendahulu. Nice!

Siapa Shane Black?
Keputusan Jon Favreau menolak membesut film terakhir film si manusia baja (atau manusia setrika, demikian olok-olok di dunia maya) sangatlah tepat. Meski pada awalnya keputusan itu disesalkan, kursi sutradara yang disemat ke Shane Black (sebelumnya sukses menyutradarai Kiss Kiss Bang Bang yang menyenangkan dengan twist dan gambar memikat) justru menjadi keputusan tepat. Selain gaya penyutradaraannya bagus, kehebatannya dalam memoles skrip film ini ke bahasa gambar sangat brilian. Karenanya Iron Man 3 menjadi film Manusia Besi paling manusiawi dan berada di poin teratas ketimbang film pendahulunya.  

Sumber : Popolar-world

Fatin Shidqia Lubis - Grenade (Bruno Mars)


Kabar membanggakan bagi peserta X Factor Indonesia, Fatin Shidqia Lubis. Video pelajar SMU yang menyanyikan 'Grenade' saat kontes menyanyi itu, dimasukkan ke situs resmi Bruno Mars.

Bruno atau tim manajemennya sepertinya terkesan dengan suara Fatin. Remaja perempuan berusia 16 tahun itu melantunkan lagu tersebut dengan lembut dan sedikit nge-jazz.

Para juri X Factor seperti Ahmad Dhani--yang dikenal blak-blakan dalam mengkritik--tak segan memberikan pujian tinggi bagi Fatin. Mulan dan Rossa yang duduk di deretan juri juga terperangah melihat bakat Fatin.

"Fatin, teman-teman kamu tahu nggak suara kamu bagus?" ucap Rossa saat memberikan penilaian sambil applause.

Menurut juri lain, Fatin hanya harus menambah kepercayaan diri sehingga penampilannya bisa lebih bagus. Apa yang dikatakan Dhani?

"Fatin, kamu harus percaya diri karena Ahmad Dhani saja bilang suara kamu bagus," puji bos Republik Cinta Management itu.

Lihat videonya di sini.


Sumber:

Video M3sum Anak SMU Gegerkan Mojokerto


Video mesum kembali beredar di Mojokerto. Kali ini berdurasi cukup lama 5,39 menit. Meski dalam video berdurasi 5,39 menit tersebut tidak menyebutkan salah satu sekolah di kawasan Kabupaten Mojokerto, namun beberapa pelajar mengaku sudah mengetahui video tersebut sejak beberapa hari lalu. Kini video itu beredar luas ke ponsel.
"Kita semua rata-rata sudah melihat video itu, sudah beberapa hari ini banyak yang mengetahui keberadaan video itu. Katanya sih, pemeran perempuannya seorang pelajar, kita bisa melihat video itu dari handphone karena banyak beredar," ungkap salah satu pelajar yang ditemui di kawasan Mojosari.
Dalam video yang diperkirakan diambil di salah satu warung internet (warnet) dan berakhir di sebuah kamar tersebut, memang tidak begitu jelas. Kamera yang digunakan untuk mengambil adegan tersebut, seperti tampak diambil oleh pemeran laki-laki. Karena gambar terlihat goyang.


Sementara pemeran perempuan dalam video awal terlihat salah satu sebuah komputer ada di ruangan atau sedang berada di sebuah warnet menggunakan kaos warna putih dengan rambut panjang terurai. Selang beberapa menit, keduanya berciuman di sebuah ranjang yang ada di dalam kamar. Meski durasi cukup panjang namun video yang diambil tampak tak fokus.

Menjelang akhir video, tampak wajah sekilas pemeran laki-laki dan dilanjutkan ke pemeran perempuan. Namun saat diambil gambar, wajah perempuan dengan keadaan telanjang, ditutup dengan jari-jari tangannya. Tak hanya itu, video juga memperlihatkan tubuh pemeran perempuan.

Kasat Reskrim Polres Mojokerto, AKP Effendi Lubis saat dimintai keterangan, mengaku belum mengetahui tentang beredarnya video tersebut. "Kita akan lakukan penyelidikan terkait hal ini, apakah benar pemeran dalam video tersebut adalah pelajar di Kabupaten Mojokerto," ungkapnya, Selasa (25/10/2011).

Bahkan, setelah dimintai keterangan terkait hal tersebut, Kasat Reskrim berjanji akan segera menerjunkan jajarannya untuk mengusut kasus tersebut. Pasalnya, lanjut Kasat Reskrim, peredaran video mesum yang diduga diperankan salah satu pelajar di Kabupaten Mojokerto tersebut sudah membuat masyarakat resah.
"Memang beberapa warga sudah mendengar tiga hari yang lalu tentang video mesum siswa SMKN. Saya sendiri dapat kabar dari anak saya," ungkap salah satu warga yang enggan menyebutkan namanya kepada wartawan saat menjemput anaknya, Selasa (25/10/2011).

Terkait siapa pelaku adegan panas yang dimainkan dua sejoli ini, beberapa pelajar menyebut sebuah nama.

Kasus video mesum ini juga menarik perhatian aparat kepolisian. Polisi akan melakukan penyelidikan.

"Kita juga masih melakukan penyelidikan. Sore nanti sekolahan terkait akan kita datangi," kata Kasat Reskrim Polres Mojokerto, AKP Efendi Lubis melalui SMS.

Download Video 3Gp

10 Film Ala Game Terburuk dalam Sejarah

Impian kita sebagai seorang gamer sebenarnya sangat sederhana jika membicarakan masalah film adaptasi ini. Kita hanya menginginkan film yang benar-benar menggambarkan judul yang disandangnya. Jika memang bisa menyesuaikan plot, sesuaikanlah! Jika mampu menciptakan karakter yang mirip, ciptakanlah! Akan lebih baik lagi jika sampai mampu menghasilkan pengalaman yang sama seperti saat memainkannya. Tetapi, apa yang justru sering kita dapatkan? Kekecewaan besar.

Sulit sekali menemukan film adaptasi game, khususnya yang berasal dari Hollywood yang berakhir dengan rasa puas para gamer yang menontonnya. Kebanyakan yang hadir justru mendapatkan pembelokan plot dan karakter yang membuat keseluruhan cerita menjadi kacau balau. Apakah sebegitu sulitnya menciptakan sebuah film yang sesuai dengan gamenya? Sepertinya iya, karena 10 film adaptasi game terburuk ini akan memberikan Anda sedikit gambaran.


10. Final Fantasy : Spirits Within
9. : Max Payne

Max Payne adalah salah satu karakter paling cool, namun sekaligus kontroversial di dunia game. Ketika saya mendengar akan ada versi filmnya, saya mulai membayangkan kekejaman Payne yang dipadukan dengan skill bullet time-nya yang fenomenal. Apalagi dibintangi oleh Mark Wahlberg yang kualitas aktingnya tidak perlu diragukan lagi. Namun, apa yang saya dapatkan? Sebuah film yang membuat saya hampir tertidur di bioskop. Plot yang aneh, aksi yang sangat sedikit, scene bullet time yang sangat singkat; sama sekali tidak ada yang menggambarkan Max Payne di sini.

8. Hitman

Botak dengan tatapan yang tajam layaknya elang yang mencari mangsa. Agent 47 siap membunuh siapa saja yang ditugaskan organisasi kepadanya. Membayangkan game Hitman yang selalu mampu menghadirkan ketegangan dan ras was-was sepanjang permainan, saya berangkat untuk menikmati film berjudul sama ala Hollywood di bioskop. Kekecewaan saya bahkan sudah dimulai dari casting yang dipilih. Sang pria yang memerankan Agent 47 malah terlihat terlalu “pretty boy”, tanpa ada kesan cool dan kejam. 47 yang seharusnya membunuh secara diam-diam ini juga malah sering terlibat kontak senjata terbuka di filmnya. Sangat bertolak belakang dengan game yang boleh terbilang sudah berhasil dibangun dengan sempurna. Saya malah melihat film ini lebih mirip film-film The Transporter dibandingkan Hitman.

7. Resident Evil
Ini mungkin film adaptasi game terburuk yang masih menyisakan banyak tanda tanya di benak saya pribadi. Pertanyaan terbesarnya adalah: mengapa orang-orang masih singgah ke bioskop dan menonton film ini, membuatnya berkembang menjadi sebuah sekuel tanpa mutu? Resident Evil 1 dan 2 mungkin merupakan puncak kejayaan seri ini. Walaupun karakter utamanya, Alice, tidak pernah muncul di versi video gamenya, saya masih melihatnya sebagai serial spin-off yang sangat menarik. Namun, ketika Resident Evil Extinction dan Afterlife lahir dengan plot yang terasa sangat dipaksakan, film ini tampak “murahan”. Aksi yang sedikit, cerita tidak jelas, akting yang buruk. Saya lebih jatuh cinta dengan Resident Evil versi CGI-nya Capcom.


Dead Or Alive


Ini adalah sebuah dilema. Dead or Alive memang film yang sangat buruk. Jalinan cerita di dalam film plus pertarungan yang dihadirkan harus diakui memang kelas rendahan. Visualisasi karakternya juga mengecewakan, apalagi karakter Kasumi benar-benar tampak jauh berbeda. Karena hal tersebut, saya memasukkan film ini ke dalam list. Namun harus diakui, Dead or Alive versi film ini mampu menghadirkan pengalaman yang sering dirasakan oleh pria ketika memainkan game ini. Sensualitas yang dijual membuat saya cukup menikmati film ini hingga akhir.

Street Fighter: The Legend of Chun-Li
Film ini seharusnya tidak pernah lahir sama sekali. Setelah Street Fighter zaman dulu yang terbilang buruk, saya menaruh harapan yang cukup besar kepada Street Fighter: The Legend of Chun Li yang tentunya hadir dengan teknik dan teknologi yang sudah jauh lebih berkembang. Apalagi, rencana untuk menghadirkan “plot” Street Fighter dalam lingkup dunia nyata juga tampil sangat menarik. Namun, apa yang dibawa oleh film ini? Film aksi; itu saja. Sebagai seorang gamer, saya tidak merasakan apa pun yang terkait dengan Street Fighter. Mengecewakan!

King of Fighters
Lagi-lagi sebuah film berdasarkan genre fighting yang harus masuk ke dalam list. King of Fighters buatan SNK merupakan game fighting legendaris dan fenomenal. Siapa yang tidak mengenal Mai Shiranui? Atau Andy dan Terry Boggard? Hampir semua gamer mengenal mereka. Tetapi, ketika nama besar seperti ini harus jatuh ke tangan Hollywood? Saya bahkan hampir menutup mata saat harus menontonnya. King of Fighters versi movie ini sama sekali tidak dapat dinikmati. Akting buruk, karakter yang jelek, plot yang aneh luar biasa. Dua jempol ke bawah!


Doom
Wow, Doom! Itu mungkin reaksi pertama saya ketika mendengar game ini akan dibuat versi film layar lebarnya. Siapa yang tidak mengenal Doom? Salah satu game FPS terbaik yang pernah ada tersebut selalu berhasil membawa ketegangan dan sedikir rasa takut ketika memainkannya. Apalagi ketika saya mendengar The Rock dari WWE akan menjadi pemeran utamanya. Sebagai penggemar berat Doom dan WWE, ini adalah kombinasi maut untuk membuat hari saya cerah. Ketika menyaksikannya? Hari saya tak pernah lebih buruk lagi. Semuanya tampak kacau dan murahan, bahkan The Rock-nya sendiri. Ini seperti film Alien dengan budget 1/1000 milik Cameron.

Super Mario Bross
Game terbaik belum tentu melahirkan film yang sama baiknya. Game terbaik melahirkan film terburuk, itu lebih mungkin untuk terjadi. Super Mario Bros yang lahir di tahun 1993 adalah salah satu bukti yang paling nyata, sekaligus sebagai monumen awal lahirnya film-film adaptasi game berkualitas sama hingga kini. Semuanya terasa salah di film ini. King Koopa yang berwujud manusia, Yoshi yang menyeramkan, setting kota modern, mobil mirip Twisted Metal, dan ledakan di sana-sini. INI BUKAN MARIO http://www.blogger.com/img/blank.gifBROS!!


Semua Film Karya UWE BOLL

Perhatikan dengan seksama wajah pria di atas. Apakah Anda sudah merasakan kekesalan yang membakar? Atau jangan-jangan Anda belum pernah mengenalnya sama sekali? Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh industri game dan film saat bersamaan hanya satu, mempercayakan hal tersebut kepada Uwe Boll, yang kebetulan adalah pria di atas. Dia adalah mimpi buruk bagi kita semua. Apakah saya terlalu berlebihan? Sama sekali tidak, karena Uwe Boll memang sebuah mimpi buruk yang hidup. Apa pun perannya di dalam sebuah film, entah itu sebagai produser, sutradara, penulis naskah, atau tukang sapu sekali pun (yang ini mungkin berlebihan), film tersebut pasti akan hancur berantakan. Karya-karyanya adalah bukti yang paling nyata.

Yang membuatnya semakin buruk? Uwe Boll sangat tertarik untuk mengadaptasi game ke dalam film. Lihat saja karya-karyanya yang “fenomenal”. Apakah Anda pernah marah ketika menyaksikan Blood Rayne atau Far Cry? Atau mungkin Anda merasa bingung menyaksikan Alone in The Dark dan House of The Dead? Atau Anda jangan-jangan sempat muntah menyaksikan film Dungeon Siege? Semua game keren tersebut hancur berantakan di tangan Boll, seketika. Sayangnya, mimpi buruk ini juga tidak akan cepat berakhir karena Boll adalah orang yang pantang menyerah. Ia berjanji akan terus menghasilkan film-film yang diadaptasikan dari game, dan anehnya beberapa perusahaan publisher masih mau membiayai dirinya. Oh tidak! Jika harus disandingkan dengan dunia game, Uwe Boll mungkin bos tersulit yang harus dikalahkan oleh para gamer untuk menamatkan sebuah game.


Sekian adalah 10 list film adaptasi game terburuk sepanjang masa, yang tentu saja pernah saya saksikan sendiri (sayangnya). Aneh memang jika kita melihat film-film yang bisa menghabiskan dana hingga jutaan dollar seperti ini ternyata hanya menghasilkan sesuatu yang sama sekali tidak bisa dinikmati. Bandingkan dengan film-film fan-made berbudget rendah yang harus diakui malah memiliki kualitas berkali lipat lebih baik. Apakah ini masalah passion? Atau para insan film (khususnya Uwe Boll) memang tidak pernah memainkan game sebelumnya?












Diberdayakan oleh Blogger.